6 Hal yang Harus Kamu Lakuin Kalau Berkarir Beda Jurusan
Namanya juga maju, kalo nggak dihadepin sama
jalan yang bercabang dan arah panah berlainan bukan maju namanya, tapi diem di
tempat.
Di antara berbagai macam jenis maju, salah satu
maju yang paling berat adalah maju sebagai proses transisi. Saya sendiri pernah
bimbang habis-habisan ketika lulus kuliah dan dihadapkan pada tiga jalan yang
berbeda:
1.
Kerja jadi pegawai negeri sesuai
usulan ortu
2.
Kerja jadi pegawai swasta sesuai
passion dan hobi
3.
Lanjut sekolah lagi plus nyusulin
Belle and Sebastian ke negeri british impian
Pada akhirnya takdir membawa saya
menjalani yang nomor dua. Masih inget banget ketika seorang teman menawari saya
pekerjaan yang bertolak belakang dengan jurusan kuliah, yang kemudian saya
sambut dengan deretan kata “tapi”. Tapi yang pertama, saya kan
engga kuliah di jurusan komunikasi/sastra? Tapi yang ke-dua, saya kan
engga ikut UKM jurnalistik/fotografi atau apapun itu yang berkaitan sama
kerjaan ini? Lalu tapi yang ke-tiga, tapi kan saya engga bisa photoshop
sama sekali?
Pada akhirnya semua tapi-tapi saya
itu terbantahkan oleh beberapa tapi lainnya yang disampaikan oleh teman saya
itu. “Tapi kamu hobi nulis kan, Dek? Tapi kamu suka online kan? Tapi kamu
masih mau belajar buat sesuatu yang kamu belom ngerti kan?” Dan disinilah
saya, 2,4 tahun menjalani pekerjaan di bidang ini dengan beragam suka dan
dukanya (lebih banyak sukanya sih :p). Mulai dari itu saya juga sadar, saya
membutuhkan teman-teman dan orang-orang tercinta yang mau membantah semua tapi-tapian
saya, yang mau menguatkan semua kepositifan yang ada di dalam diri saya. Ehem,
baper dikit.
Sementara hidup terus berjalan, makin
ke sini makin sering juga ketemu orang yang memilih jalan hidup berlawanan.
Misalnya, Mas Yogi yang kuliah di jurusan Teknik Sipil tapi malah kerja di
salah satu perusahaan recruitment yang tugasnya ngeinterpretasiin tulisan
tangan seseorang alias grafologi. Ada juga Kak Mizan, lulusan akuntansi di
salah satu universitas di Padang yang malahan sekarang jadi UI/UX Designer di
sebuah kantor di bilangan Mangga Dua. Ada juga Bontor, mantan teman sekantor
yang kuliah di IPB jurusan pertanian spesialis hama, yang justru kerja sebagai
Back End Developer alias anak IT. Duh, hidup ini penuh surprise bukan?
Atas dasar itulah saya terinspirasi membagikan
beberapa tips, barangkali banyak juga teman-teman di luar sana yang
pernah/sedang mengalami kegalauan semacam ini. Well then, selamat
menyimak! Oya, artikelnya juga bisa dibaca di: https://www.creasi.co.id/readings/117/6-hal-yang-harus-kamu-lakuin-kalau-berkarir-beda-jurusan
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
6 Hal yang Harus Kamu Lakuin Kalau Berkarir Beda Jurusan
True story, lulusan Teknik Sipil bisa kerja jadi Human Resource karena
punya kemampuan ngebaca tulisan tangan atau ilmu grafologi. Ada lulusan
Administasi Publik yang kerja jadi Social Media Specialist karena
dia hobi online dan nulis. Ada lulusan Fakultas Pertanian yang jadi Back
End Developer alias anak IT. Dan ada juga lulusan Akuntansi yang jadi
UI/UX Designergara-gara hobi ngedesain. Hal ini completely
normal dan banyak terjadi kok, kalau kamu udah masuk ke dunia kerja.
Apa? Kamu sendiri juga salah satunya? Kalau gitu kamu harus baca artikel
ini nih. Berikut enam hal yang harus kamu lakuin kalau berkarir beda jurusan:
1. Komitmen Sama Jalan
yang Kamu Tempuh
Orang yang “nggak sejalur” biasanya punya dua pilihan hidup dalam berkarir.
Yang pertama berkarir sesuai sama gelar sarjananya, dan yang ke-dua berkarir
sesuai sama skill yang dia punya. Kalau udah kayak gini,
sarannya cuma bisa mantepin aja sih. Mengutip salah satu isi dari buku yang berjudul Change, Rhenald
Kasali menuliskan “Tak peduli berapa panjang jalan salah yang kau
tempuh, segera putar arah sekarang juga”. Jadi, kalau kamu udah
terlanjur kerja yang “sejalur sama jurusan” tapi pengen mantepin berkarir yang
sesuai sama passion, puter arah aja. Begitu juga dengan hal yang
sebaliknya.
2. Tunjukin Skill Kamu
yang Transfer-able
Jangan remehin skill-skill sepele yang kamu punya,
misalnya fotografi, nulis, videografi, dan lain-lain. Kamu boleh aja lulusan
dari jurusan Teknik Sipil, Biologi, dan lain-lain. Tapi kalau punya skill-skill memotret,
kamu bisa aja kerja lintas jurusan jadi seorang fotografer atau videografer.
3. Perbagus Portofolio
Oke, dari segi akademik kamu udah kalah dari jobseeker yang
lain. Nah, kamu bisa nutupin kekalahan kamu itu dengan memperbagus portofolio
(dalam artian memperbanyak pengalaman). Kalau kamu jadi perekrut di salah satu
perusahaan, kamu bakal milih yang mana? Yang jurusannya related tapi nggak
pernah ngehasilin karya apa-apa. ATAU yang jurusannya nggak related tapi
karya-karyanya seabrek dan kece-kece? Kamu pasti milih yang ke-dua kan? So,
buktiin kalau skill kamu bisa lebih dilirik sama perekrut daripada gelar
sarjana kamu.
4. Percaya Bahwa Nggak
Ada Ilmu yang Sia-sia
Udah capek-capek kuliah empat tahun, tapi di dunia kerja ilmunya nggak
kepake. Kata siapa?
Coba inget-inget deh. Meskipun kecil banget, tapi pasti ada kok ilmu yang
kepake. Contohnya kalau kamu kuliah di Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen tapi
kerjanya jadi Digital Strategist di advertising agency.
Di mana letak kenyambungan ilmunya? Ada kok. Waktu kuliah dulu kamu pasti
pernah diajarin tentang analisis SWOT (Strenght, weakness, oportunity,
dan threatness) kan? Nah, seorang Digital Strategist juga
dituntut buat punya pemikiran kayak gitu. So,nggak cuma lulusan
jurusan Advertising yang bisa kerja di agency.
5. Pede Sama Kemampuan
yang Kamu Punya
Salah satu hal yang sering bikin seseorang yang “nggak sejalur” adalah
minder. Apalagi kalau di kantor kamu ada beberapa orang yang bekerja dengan
posisi yang sama. Misalnya: “Ah, Si A sih enak lulusan jurnalistik. Pas
kuliah pasti diajarin teknik-teknik nulis yang bener. Coba kalo aku dulu
kuliahnya di jurusan itu, pasti sekarang jadi lebih jago nulisnya.”
Yuk buang jauh-jauh pemikiran itu. Temen “yang sejalur” belum tentu lebih
jago dari kamu lho. Siapa tau waktu kuliah dia sering nggak dengerin dosen,
sering bolos, atau ilmunya menguap gitu aja. Kamu yang punya bakat alami justru
harusnya lebih pede, karena kamu “yang nggak sejalur” aja bisa ngerebutin
posisi itu kok.
6. Yakinin Ortu dan
Orang-orang Tercinta
“Udah susah-susah nyekolahin di fakultas kedokteran, eh ujung-ujungnya cuma
jadi pegawai di kantor media.” Mungkin itu yang ada di benak ortu
ketika kamu mutusin buat kerja yang “nggak sejalur”. Kalau ortu kamu kayak
gitu, itu jadi challenge kamu buat ngeyakinin mereka kalau kerja itu nggak cuma
jadi pegawai di rumah sakit, instansi pemerintahan, bank, dsb. “Dunia
kerja itu luas, Bu, Pak. Kalau ngga ada kantor media, repot juga kehidupan kita
nantinya.”
Tapi nggak semua ortu punya pemikiran kayak gitu sih. Ada juga kok
ortu-ortu yang punya pemikiran terbuka. Asal anaknya enjoy ngejalaninnya,
mereka bakalan full ngesupport. Beruntung banget kalau ortu kamu termasuk tipe
yang kayak gini!
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusEh ada juga temen 1 sd ku *ndak tau dia masih inget aku apa kagak*. Anak FK jadinya DJ hits 😂
BalasHapusAtau anak hukum dan sekarang bergelutnya di bidang fotografi.
Tp emg mereka keren2 bgt sih walau lintas jalur
Kadang agak miris sih yaa. Banyak banget yg lulus SMA pengen masuk FK, tp yg lulus FK malahan milih buat engga jadi dokter :P
HapusEh ada juga temen 1 sd ku *ndak tau dia masih inget aku apa kagak*. Anak FK jadinya DJ hits 😂
BalasHapusAtau anak hukum dan sekarang bergelutnya di bidang fotografi.
Tp emg mereka keren2 bgt sih walau lintas jalur