Hari Ke-16 : Cerita Cinta di Bawah Naungan Menara 3-3
Satu
bulan sudah berlalu sejak kejadian itu. Zafira sedang berjalan menuju masjid
ketika laki-laki itu menghampirinya kembali. Laki-laki yang dikenalnya sejak
lima bulan yang lalu itu menanyakan jawaban Zafira.
“Maaf Mas, saya endak bisa. Saya sudah
dijodohkan dengan laki-laki pilihan Ibu dan
Abah”, jawab Zafira dengan tergesa-gesa sambil berjalan menuju masjid.
Laki-laki itupun hanya bisa terdiam, membiarkan Zafira pergi. Pergi dengan
perasaan membuncah tak karuan.
“Maafkan aku, Mas”, kata Zafira dengan
terisak-isak. Meski laki-laki itu tak dapat mendengar ucapan maafnya.
***
Hari
yang mendebarkan pun telah tiba. Malam ini adalah malam pertunangan Zafira dan
Amir. Keluarga besar sudah berkumpul di rumah Zafira sejak pagi tadi. Mereka
berkumpul untuk sekedar membantu menyiapkan hidangan, menata dekorasi, dan
mempersiapkan pakaian untuk Zafira.
Magrib
telah berkumandang. Setelah menunaikan shalat, Zafira segera berdandan. Hatinya
bimbang, bagaimanapun juga dia tak ingin mengecewakan kedua orangtuanya, juga
keluarga besarnya. Abah datang ke kamar untuk menjemput Zafira. Sesampainya di
ruang tamu, betapa terkejutnya Zafira ketika melihat laki-laki misterius yang
dikenalnya lima bulan yang lalu itu juga hadir dalam pesta pertunangannya
dengan Mas Amir. Namun Zafira hanya bisa diam, menuruti rangkaian acara
pertunangan sampai selesai. Barulah setelah berakhirnya acara, dia berani
bertanya kepada laki-laki itu.
“Kamu kenapa bisa disini?”,tanya Zafira.
“Baiklah Mbak Za, sebaiknya aku mengaku saja.
Sebenarnya aku adalah Farhan, adik kandung Mas Amir. Aku bertugas untuk
memata-mataimu. Sebenarnya Mas Amir juga tidak setuju dengan perjodohan ini.
Dia takut karena belum pernah mengenal calon yang sudah dijodohkannya. Oleh
karena itu dia menyuruhku untuk mengikutimu. Mas Amir juga bertanya-tanya
barangkali kamu sudah punya calon atau bagaimana. Makanya aku tanya ke kamu, apakah
aku diijinkan khitbah ke kamu atau tidak. Itu cuma buat nge-tes kok mbak. Eh,
ternyata kamu setuju-setuju aja. Ya berarti kamu belum punya calon pada waktu
itu. Hahaha. Baru setelah kejadian itu, Abah dan Ibumu langsung bilang ke kamu
kalo kamu mau dijodohin tho? Hahaha”, Farhan mengakui semuanya kepada
Zafira.
“Haha maaf ya, Za. Habisnya aku endak berani
memata-matai kamu. Takut ke-gap sama ibumu. Makanya aku nyuruh Farhan nemuin
kamu. Itupun tiap kamu lagi ke masjid sendirian, ataupun pas kamu lagi di toko
sendirian kan?”,serobot Amir.
“Owalaah, aku baru nyadar sekarang. Kalian
tuh ya? Modus Banget! Huh!”, Omel Zafira sambil manyun-manyun.
“Eh eh eh… Ada apa ini? Kok malah
manyun-manyun”, tanya Ibu.
“Itu Bu, Mbak Zafira lagi senam muka. Makanya
manyun-manyun. Tuh kan Bu? Mbak Zafira lagi latihan vokal huruf ‘U’”, jawab
Farhan sambil menirukan Zafira.
“Hahahaha”, merekapun tertawa
bersama-sama.
Betapapun
takdir Tuhan akan selalu lebih baik daripada yang kita inginkan. Begitupun
restu dari orangtua. Orang yang merawat kita dengan sepenuh raga dan jiwa.
Jangan sampai cinta sesaat kepada manusia hanya akan membutakan mata kita
terhadap cinta yang tulus dari orangtua.
Tamat : Cerita Ke-3 dari 3 Cerita
NB : Terinspirasi dari curhatan seorang kawan yang sedang resah karena akan dijodohkan
0 comments: