Hari Ke-1 : Between December-January
You're : My favourite December
And I'm : January but we're both on the same calendar~ (Something About Lola)
---------------------------------------------------------------------------------------------
Selasa, 1-1-13 , 11:11 PM
Embun baru saja melepas gaun
pengantinnya ketika ibunya masuk sambil membawa dua cangkir teh hangat.
“Ini diminum dulu, nduk. Kalian pasti capek, seharian
nerima tamu”.
“Iya Bu. Suwun nggih”.
“Lho Nak Elang mana?’’
“Tadi sih masih di luar Bu. Masih
ada tamu penting katanya”
“Oh yasudah, ingat pesan ibu
baik-baik ya. Kamu harus jaga iman, jangan sampai tergoda walaupun dia itu sudah
menjadi suamimu”.
“Inggih Bu, Embun janji. Lagipula itu kan
sudah menjadi komitmen kami berdua”.
Jumat, 1-3-13, 11:11 AM
“Mas, itu sarung dan baju kokonya
sudah saya siapkan buat Shalat Jumat. Oya, makan siang dulu yuk Mas. Saya masak
banyak hari ini”
“Wah asik. Oya Dik,
ngomong-ngomong nanti malam kamu mau ibadah di gereja mana? Nanti Mas antar
sesudah shalat magrib ya”
“Baik Mas. Nanti di gereja Jalan
Majapahit aja ya, gimana? Yang deket aja”
“Siap nona
manisnya aku (:”
Selasa, 3-11-13, 13:11 PM
Di sela perbincangan makan siang
“Dik, kamu sudah tahu belum? Itu
Si Djoko, temen kerja Mas di kantor, anaknya udah bisa jalan lho. Tadi diajak
ke kantor. Lucu sekali anaknya, hiperaktif”.
“Wah iya toh? Padahal nikahnya kan duluan kita ya, Mas? Coba kalau kita
punya anak ya, pasti hidungnya kayak mamahnya, dan bawelnya kayak papahnya, iya
kan Mas? Hahaha”
“Sudahlah Dik. Kita ikhlaskan
saja semuanya kepada Tuhan. InsyaAllah akan diberi kekuatan”
“Iya ya Mas.
Puji Tuhan. Aku bersyukur bisa mempunyai suami yang selalu menenangkanku”
Embun dan Elang, mereka berbeda
dalam segala hal, kecuali inisial. Oh ya, dan satu lagi, ketaatan. Ya, mereka laki-laki
dan perempuan yang sama-sama sangat patuh terhadap Tuhannya (masing-masing).
Ya, masing-masing. Ketika cinta mempertemukan hati mereka, cinta kepada Tuhan
tak urung dilalaikannya.
“Berhubungan badan dengan wanita yang berbeda agama dengan kita itu hukumnya
haram, Lang. Haram. Kamu masih mau menikah sama dia? Ora sudi Bapak. Itu sama
saja dengan zina. Dosa besar itu Lang. Dosa besar!”
“InsyaAllah kami kuat kok Pak. Kami rela tidak punya anak, asal kami
selalu bisa bersama”
“Yowis sakkarepmu. Pokoknya jangan sampai aqidahmu rusak. Asal kamu
pegang janjimu itu, Bapak manut kamu”
Dialog itu masih membekas di
pikiran Elang.
Cinta sejati? Mungkin bisa dibilang
begitu. Nyatanya, sampai saat ini mereka berdua masih saling mencintai,
meskipun tanpa berhubungan badan sekalipun. Buah cinta itu dari dalam hati.
Bukan dari nafsu. Salah bagi mereka yang mengatakan bahwa “anak” adalah hasil
dari “buah cinta”. Karena cinta adalah bagaimana cara mengekspresikan, bukan
meluapkan.
Semarang, 1 Januari, 09:59 PM
Terinspirasi dari salah satu kawan yang ber-LDR dengan Tuhan dari pasangannya.
Selamat Tahun Baru 2013 ! Dari Embun (December) dan Elang (January)
hai salam kenal. ceritanya bagus loh, mengingat banyak sekali kejadian seperti ini di sekitar kita :)
BalasHapushai salam kenal. ceritanya bagus loh, mengingat banyak sekali kejadian seperti ini di sekitar kita :)
BalasHapusHai makasih udah mampir baca :)
HapusIya, tragis ya. Aku aja yg nggak menjalaninya ikutan sedih.